Pada Minggu (17/11/2024), Rusia melancarkan serangan udara terbesarnya dalam tiga bulan terakhir terhadap Ukraina, dengan menembakkan 120 rudal dan 90 drone ke berbagai sasaran di seluruh negeri. Serangan ini menimbulkan korban jiwa, kerusakan parah pada infrastruktur energi, dan semakin memperburuk kondisi perang yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.
Serangan Besar-Besaran yang Menghancurkan Infrastruktur Energi Ukraina
Menurut laporan dari pihak berwenang Ukraina, serangan ini terjadi pada dini hari, dengan ledakan besar mengguncang Kyiv dan beberapa kota lainnya, termasuk Sloviansk di wilayah Donetsk. Meskipun banyak serangan berhasil digagalkan oleh sistem pertahanan udara Ukraina, Presiden Volodymyr Zelensky mengungkapkan bahwa lebih dari 140 rudal dan drone berhasil dihancurkan. Namun, serangan-serangan tersebut tetap menyebabkan kerusakan signifikan pada pembangkit listrik dan jaringan energi Ukraina.
Serangan Rusia kali ini menargetkan fasilitas energi yang sangat vital, menyebabkan pemadaman listrik di berbagai wilayah, termasuk Lviv, Dnipro, Zaporizhzhia, dan Odesa. Di beberapa daerah, listrik diputuskan akibat kerusakan yang parah pada pembangkit listrik. Maxim Timchenko, CEO perusahaan listrik DTEK, menyatakan bahwa kerusakan ini semakin memperlihatkan betapa besar kebutuhan Ukraina terhadap sistem pertahanan udara tambahan dari sekutu-sekutu internasionalnya.
Kerugian Terkait Korban Jiwa dan Dampak Sosial
Selain merusak fasilitas energi, serangan ini juga menyebabkan korban jiwa. Tujuh orang dilaporkan meninggal dunia di wilayah Lviv, Mykolaiv, Odesa, dan Dnipropetrovsk, sementara puluhan lainnya terluka. Meskipun banyak serangan yang dapat digagalkan oleh Angkatan Udara Ukraina, yang berhasil menghancurkan lebih dari 100 rudal dan 40 drone, serangan ini tetap menambah beban bagi negara yang tengah berjuang di tengah musim dingin yang semakin mendekat.
Zelensky menegaskan bahwa serangan ini semakin mengancam stabilitas energi Ukraina, di mana setengah dari kapasitas produksi energi telah hancur. Warga Ukraina kini harus menghadapi cuaca dingin yang ekstrem tanpa jaminan pasokan energi yang cukup untuk pemanas rumah mereka.
Prospek Perdamaian yang Masih Tertunda
Sementara itu, prospek perundingan damai tetap menjadi topik pembicaraan. Pada Sabtu (16/11/2024), Zelensky menyatakan bahwa Ukraina ingin mengakhiri perang dengan jalan diplomasi pada tahun depan. Namun, perselisihan mengenai ketentuan perjanjian damai tetap mencuat, terutama terkait dengan wilayah yang diduduki Rusia di Ukraina. Vladimir Putin menegaskan bahwa negosiasi hanya akan dilanjutkan jika Ukraina menerima kehilangan wilayah-wilayah yang dikuasai Rusia, sedangkan Zelensky menolak syarat tersebut.
Implikasi Serangan dan Kebutuhan Bantuan Internasional
Serangan ini memperlihatkan betapa pentingnya dukungan dari negara-negara Barat bagi Ukraina, baik dalam bentuk senjata pertahanan udara maupun bantuan untuk membangun kembali infrastruktur energi yang hancur. Banyak pihak khawatir, terutama menjelang kemungkinan kembalinya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat pada 2025, yang dapat mempengaruhi aliran bantuan militer dan kemanusiaan ke Ukraina.