Mahasiswa Terobos Pengamanan Demi Foto dengan Presiden, Berakhir Kena Pukulan Paspampres

Seorang mahasiswa di Samarinda, Kalimantan Timur, nekat menerobos pengamanan ketat yang dilakukan oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) demi mendapatkan kesempatan foto bersama Presiden Joko Widodo. Aksi tersebut terjadi saat Jokowi tengah menghadiri acara di Samarinda, dan video dari peristiwa itu kini viral di media sosial.

Mahasiswa tersebut mengunggah momen ketika dirinya berhasil mendekati Presiden Jokowi, tepat di depan mobil sang Presiden, sambil merekam video swafoto. Dalam video tersebut, dia tampak sangat senang setelah berhasil mendapatkan foto dan hadiah berupa kaos dari Presiden.

Namun, setelah sesi foto selesai, anggota Paspampres langsung meminta mahasiswa tersebut untuk menjauh. Meski telah diperingatkan, mahasiswa tersebut tetap tak mengindahkan peringatan tersebut, sehingga salah satu anggota Paspampres akhirnya memberikan pukulan di bagian perutnya sebagai peringatan.

Reaksi Mahasiswa dan Viralnya Video

Setelah menerima pukulan, mahasiswa tersebut terlihat kesakitan dan merasa tidak terima dengan tindakan Paspampres. Dengan nada marah, dia menyatakan bahwa akan memviralkan video tersebut untuk menuntut keadilan. Ia merasa perlakuan tersebut tidak adil, mengingat Jokowi adalah Presiden rakyat Indonesia dan ia hanya berniat untuk berfoto tanpa maksud lain.

“Saya dipukul hanya karena berfoto dengan Presiden, ini tidak adil. Saya sudah meminta maaf, tapi tetap saja diperlakukan seperti ini,” ujar mahasiswa tersebut dalam video yang ia bagikan. Ia menambahkan bahwa ia adalah seorang mahasiswa hukum dan menilai bahwa tindak kekerasan yang diterimanya tidak sesuai dengan prinsip negara hukum.

Tanggapan Warganet dan Paspampres

Video tersebut mendapat banyak perhatian dari netizen. Banyak yang mengecam tindakan mahasiswa itu, mengingat ia menerobos wilayah Ring 1, area yang harus steril untuk menjaga keselamatan Presiden. Beberapa komentar menyebut bahwa tindakan Paspampres sudah sesuai dengan prosedur, mengingat wilayah tersebut dianggap berisiko tinggi bagi keamanan kepala negara.

“Mahasiswa hukum tapi tidak paham hukum, sudah masuk wilayah Ring 1, itu sudah dianggap sebagai ancaman,” tulis seorang warganet.

Di sisi lain, beberapa netizen mengingatkan bahwa tindakan di luar negeri untuk situasi serupa bisa jauh lebih keras, di mana pelanggaran semacam itu bisa ditanggapi dengan tindakan yang lebih ekstrem.

Sebagai informasi, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 59 tahun 2013, anggota Paspampres memiliki tugas untuk memastikan keamanan fisik Presiden, termasuk dengan melakukan tindakan pencegahan terhadap setiap ancaman yang dapat membahayakan keselamatan pribadi VVIP.

Perkembangan Kasus: Respons Pihak Istana

Sampai saat ini, pihak Istana Kepresidenan masih menyelidiki insiden tersebut. Deputi Protokol dan Pers Media Istana, Yusuf Permana, menyatakan bahwa mereka masih memeriksa kejadian tersebut untuk memastikan siapa yang bertanggung jawab atas tindakan pemukulan yang terjadi di lapangan. Komandan Paspampres dan Pangdam VI Mulawarman juga belum memberikan komentar resmi terkait insiden ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *