Awal tahun 2025 membawa kabar tak menyenangkan bagi Bali, destinasi wisata unggulan Indonesia. Dalam waktu delapan hari, dua kasus pemerkosaan terjadi, yang masing-masing menimpa turis asal China dan seorang influencer asal Jakarta Selatan. Kasus ini memunculkan kekhawatiran atas keamanan wisatawan dan mendorong pemerintah untuk memperkuat regulasi, termasuk mewajibkan penggunaan pemandu wisata lokal.
Kasus Pertama: Pemerkosaan Turis Asal China
Kasus pertama terjadi pada 1 Januari 2025, menimpa seorang turis asal China bernama JT. Usai menikmati perayaan tahun baru dengan menonton kembang api di Pantai Nyang Nyang, Pecatu, Badung, JT dan teman-temannya memutuskan untuk kembali ke penginapan masing-masing. Namun, JT yang berusia 33 tahun memilih pulang menggunakan ojek motor.
Dalam perjalanan, pengemudi motor yang mengenakan jaket dan helm hijau membawa JT ke lokasi terpencil. Di tempat itulah JT mengalami kekerasan seksual dan perampokan. Selain menjadi korban pemerkosaan, JT juga kehilangan gelang berlian senilai sekitar Rp 80 juta.
Kasus Kedua: Pemerkosaan Influencer Asal Jakarta
Hanya berselang seminggu, pada 8 Januari 2025, seorang influencer berinisial S menjadi korban kekerasan seksual di dekat Air Terjun Labuan Kebo, Desa Gobleg, Buleleng. S yang berusia 27 tahun datang ke lokasi tersebut untuk membuat konten promosi vila yang masih dalam tahap pembangunan.
Saat sedang bekerja, S tiba-tiba diserang oleh seorang pemuda berusia 17 tahun. Pelaku membekap dan menyeret korban sebelum melakukan pemerkosaan. Beruntung, pelaku dapat ditangkap tak lama setelah kejadian tersebut.
Tanggapan Wakil Menteri Pariwisata
Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa menyoroti serius kedua insiden ini dan menegaskan pentingnya meningkatkan keamanan wisatawan di Bali. Ia mendorong pemerintah daerah Bali untuk memperkuat aturan wajib menggunakan pemandu wisata lokal bagi para pelancong.
“Penggunaan pemandu lokal sangat penting untuk menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi wisatawan,” ujar Puspa dalam sebuah rapat koordinasi di Jimbaran, Badung, Minggu (19/1/2025). Ia juga menyatakan bahwa keindahan Bali tidak hanya terletak pada alamnya, tetapi juga pada nilai-nilai budaya dan spiritual yang lebih dipahami oleh masyarakat lokal.
Langkah Penguatan Regulasi
Puspa menambahkan bahwa pemerintah tengah melakukan evaluasi terhadap aturan “Do’s and Don’ts” untuk wisatawan. Selain itu, ia juga menyoroti keberadaan pekerja asing ilegal yang berperan sebagai pemandu wisata atau sopir travel. Menurutnya, diperlukan penegakan hukum yang lebih ketat untuk menertibkan hal ini.
Kepala Dinas Pariwisata Bali, Tjok Bagus Pemayun, juga menyatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah setempat untuk merumuskan aturan penggunaan pemandu lokal. “Setiap wisatawan harus didampingi oleh pemandu wisata lokal agar keamanan dapat lebih terjaga,” jelasnya.
Pentingnya Keamanan Wisatawan
Kasus-kasus kekerasan yang terjadi di Bali menjadi pengingat akan pentingnya keamanan bagi wisatawan. Aturan wajib penggunaan pemandu wisata lokal diharapkan mampu meminimalkan risiko serupa di masa depan. Selain itu, perlunya pengawasan ketat terhadap pekerja asing ilegal menjadi salah satu prioritas agar Bali tetap menjadi tujuan wisata yang aman dan nyaman.