Vladimir Putin Berencana Menambah Tentara Aktif Rusia Jadi 1,5 Juta Personel

Pada akhir tahun 2024, Presiden Rusia, Vladimir Putin, berencana menambah jumlah tentara aktif menjadi 1,5 juta personel. Langkah ini dianggap sebagai upaya strategis untuk memperkuat militer Rusia dalam menghadapi ancaman dari NATO yang semakin memperbanyak pasukannya di perbatasan Rusia dengan Eropa. Peningkatan ini, jika terealisasi, akan memicu persaingan militer yang semakin sengit dengan negara-negara NATO di Eropa Barat, Timur, hingga Utara.

Putin telah mengeluarkan dekrit untuk menaikkan jumlah tentara aktif dari 1,38 juta menjadi 1,5 juta. Ini berarti ada tambahan sekitar 180.000 personel militer, sehingga total kekuatan militer Rusia, termasuk cadangan dan pasukan paramiliter, mencapai hampir 2,4 juta personel. Jumlah ini akan melampaui kekuatan militer Amerika Serikat dan India, yang selama ini dikenal sebagai negara dengan militer terbesar di dunia.

Posisi Militer Dunia: China dan India

Namun, China masih menjadi negara dengan jumlah tentara aktif terbesar di dunia, dengan lebih dari 2 juta personel. Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, jumlah tentara aktif Rusia telah meningkat, dengan tambahan 137.000 personel. Berdasarkan data International Institute for Strategic Studies (IISS), saat ini Rusia memiliki 1,3 juta tentara aktif, dengan tambahan dua juta tentara cadangan dan 559 ribu personel paramiliter. Dengan demikian, total kekuatan militer Rusia mencapai 3,8 juta personel.

Sebagai perbandingan, Amerika Serikat memiliki 1,3 juta tentara aktif, 800 ribu tentara cadangan, dan tidak memiliki paramiliter, sehingga total kekuatan personelnya mencapai 2,1 juta. China, dengan 2,035 juta tentara aktif, ditambah 510 ribu cadangan dan 500 ribu paramiliter, memiliki kekuatan total 3,045 juta personel. Sementara itu, India, yang memiliki populasi lebih dari satu miliar, kini menjadi kekuatan militer terbesar kedua di dunia, dengan 1,4 juta tentara aktif, 1,1 juta tentara cadangan, dan 2,5 juta paramiliter, yang secara total mencapai 5,1 juta personel.

Eskalasi Konflik dan Peringatan Putin

Keputusan Putin untuk meningkatkan jumlah tentara aktifnya ini juga dapat dilihat sebagai upaya untuk mempersiapkan Rusia menghadapi potensi eskalasi konflik yang lebih besar di Eropa. Meski Gedung Putih dan London belum memberi lampu hijau untuk penggunaan rudal jarak jauh oleh Ukraina, ketegangan tetap ada. Jika NATO mengizinkan Ukraina menggunakan rudal tersebut untuk menyerang wilayah Rusia, hal itu akan dianggap sebagai deklarasi perang dari NATO terhadap Rusia.

Peningkatan militer Rusia ini mencerminkan ketegangan yang meningkat antara Rusia dan negara-negara barat. Putin secara tegas memperingatkan bahwa jika NATO terlibat langsung dalam konflik ini, akan ada perubahan besar dalam sifat dan esensi dari konflik yang sedang berlangsung. Menurut Putin, langkah ini adalah bagian dari persiapan Rusia untuk mempertahankan perbatasannya yang panjang dan menghadapi ancaman nyata dari negara-negara NATO, terutama setelah Finlandia bergabung dengan aliansi tersebut.

Strategi Rusia di Berbagai Wilayah Dunia

Rusia juga terus meningkatkan kehadiran militernya secara global, terutama di wilayah-wilayah strategis. Di Afrika, pengaruh Rusia semakin kuat di negara-negara seperti Sudan, Mali, Burkina Faso, dan Niger. Sementara di Suriah, militer Rusia memiliki pangkalan resmi yang membantu pemerintah Bashar Assad. Di Asia, Rusia mempererat hubungan militernya dengan India dan Vietnam, serta mempertahankan kemitraan strategis dengan China dan Korea Utara.

Kementerian Pertahanan Rusia dan Rencana Ekspansi Militer

Untuk melaksanakan dekrit Putin, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa perluasan jumlah tentara akan dilakukan melalui program sukarelawan. Banyak warga Rusia yang tertarik untuk bergabung dengan militer karena insentif upah yang tinggi. Namun, Kremlin tampaknya berhati-hati dalam menghindari ketidakstabilan domestik yang pernah terjadi pada tahun 2022 ketika banyak warga melarikan diri dari Rusia untuk menghindari wajib militer.

Kekurangan personel militer sebelumnya menjadi salah satu alasan mengapa serangan Ukraina di wilayah Kursk berhasil. Rusia pada akhirnya harus mengandalkan bala bantuan dari wilayah lain untuk memukul mundur pasukan Ukraina.

Langkah Putin untuk menambah kekuatan militer ini menandakan kesiapan Rusia untuk menghadapi tantangan yang semakin besar dari NATO dan sekutunya. Peningkatan jumlah personel ini tidak hanya menunjukkan komitmen Rusia dalam mempertahankan wilayahnya, tetapi juga kesiapan menghadapi berbagai ancaman global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *