Dua bakal calon gubernur (cagub) Jakarta, Ridwan Kamil (RK) dan Pramono Anung, belakangan terlibat dalam perdebatan mengenai cara membangun Jakarta. Kedua tokoh ini menawarkan pandangan yang berbeda terkait bagaimana mereka membayangkan masa depan Jakarta. Ridwan Kamil melihat inspirasi pembangunan dari kota futuristik Dubai, sementara Pramono Anung lebih fokus pada persoalan-persoalan kecil yang dianggap mendesak di Jakarta.
Pendekatan Pramono Anung: Fokus pada Masalah Dasar Warga
Pramono Anung menekankan bahwa ia tidak ingin memberikan janji yang terlalu tinggi kepada masyarakat Jakarta, seperti mengubah Jakarta menjadi kota seperti Dubai. Menurutnya, yang terpenting adalah menyelesaikan masalah-masalah kecil namun penting bagi warga. Ia berkomitmen untuk menyelesaikan persoalan dasar yang kerap dihadapi masyarakat Jakarta sehari-hari.
“Saya tidak ingin memberikan janji yang muluk-muluk. Saya lebih memilih untuk fokus pada masalah-masalah kecil yang langsung dirasakan oleh warga, seperti banjir, polusi, dan masalah transparansi dalam program bantuan sosial seperti Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP),” ujar Pramono pada acara deklarasi di Jakarta Pusat, Rabu (11/9/2024).
Ia juga menekankan pentingnya mendengarkan aspirasi masyarakat, terutama dari kelompok-kelompok yang kurang beruntung. “Kita harus mendengar apa yang diinginkan warga, terutama mereka yang tinggal di kawasan miskin kota seperti Kampung Bayam. Ini semua adalah masalah nyata yang perlu diselesaikan,” tambahnya.
Ridwan Kamil: Jakarta Sebagai Kota Futuristik
Di sisi lain, Ridwan Kamil melihat potensi Jakarta untuk menjadi kota futuristik seperti Dubai. Menurutnya, membangun Jakarta dengan inspirasi dari Dubai bukan hanya impian semata, tetapi juga bagian dari visi jangka panjang untuk menjadikan Jakarta sebagai kota yang lebih maju.
“Jika kita bicara tentang kota masa depan, banyak yang langsung teringat pada Dubai. Kota tersebut menjadi ikon global untuk masa depan kota modern,” kata Ridwan Kamil pada kesempatan berbeda, Kamis (12/9/2024).
RK juga menyinggung tentang pembangunan giant sea wall di Jakarta Utara yang ia sebut sebagai langkah futuristik untuk melindungi wilayah tersebut dari ancaman banjir akibat kenaikan air laut. “Pembangunan giant sea wall bukan sekadar proyek ambisius, tapi juga solusi bagi masyarakat kecil yang sering terkena dampak banjir,” jelasnya.
Pramono Anung: “Membangun Jakarta Seperti Dubai Itu Hanya Mimpi”
Sebagai tanggapan terhadap pandangan Ridwan Kamil, Pramono Anung menilai bahwa menjadikan Jakarta seperti Dubai, New York, atau Tokyo hanyalah mimpi belaka. Menurutnya, yang lebih penting adalah fokus pada penyelesaian masalah kecil yang benar-benar dirasakan warga sehari-hari.
“Banyak yang bermimpi ingin menjadikan Jakarta seperti kota-kota besar di dunia, tapi bagi saya, yang penting adalah membuat warga merasa aman dan nyaman. Kita mulai dari hal-hal sederhana seperti menyelesaikan persoalan di tingkat RT/RW dan program-program bantuan sosial yang lebih transparan,” ujar Pramono dalam acara konsolidasi PDIP di Jakarta Selatan, Sabtu (14/9/2024).
Pramono juga menegaskan pentingnya realisme dalam janji kampanye. Ia tidak ingin memberikan janji yang tidak bisa direalisasikan. “Saya lebih memilih untuk memberikan janji yang realistis dan dapat direalisasikan, seperti menambah insentif bagi RT/RW dan pekerja lapangan, ketimbang memberikan janji yang tidak masuk akal,” tegasnya.
Perbedaan Visi: Pembangunan Futuristik vs. Masalah Nyata
Debat antara Ridwan Kamil dan Pramono Anung menunjukkan perbedaan pendekatan yang signifikan dalam membangun Jakarta. RK mengusung visi jangka panjang dengan gambaran kota futuristik, sementara Pramono lebih memilih pendekatan pragmatis dengan menyelesaikan masalah-masalah dasar yang dihadapi warga Jakarta setiap hari.
Dalam kompetisi ini, warga Jakarta akan dihadapkan pada pilihan antara pembangunan yang bersifat futuristik atau penyelesaian masalah-masalah sehari-hari yang langsung berdampak pada kehidupan mereka.
Keyword: