KFC Indonesia, yang dioperasikan oleh PT Fast Food Indonesia (kode saham: FAST), kini mengalami masa-masa sulit dengan kerugian besar yang mencapai Rp557,08 miliar pada kuartal III tahun 2024. Kerugian ini mendorong perusahaan untuk menutup 47 gerai di berbagai wilayah Indonesia dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 2.274 karyawan demi mengurangi dampak finansial.

Faktor Penyebab Kerugian: Pandemi COVID-19 dan Krisis Timur Tengah

Dalam laporan keuangan kuartal III 2024, manajemen PT Fast Food Indonesia menyebutkan dua faktor utama penyebab kerugian ini. Pertama, pemulihan ekonomi pasca-pandemi COVID-19 yang berjalan lebih lambat dari yang diharapkan, sehingga KFC Indonesia sulit mencapai target penjualan yang dibutuhkan untuk stabilitas bisnis. Kedua, krisis Timur Tengah yang berdampak pada pasar turut memperburuk situasi, dengan meningkatnya boikot masyarakat terhadap produk yang dianggap terhubung dengan isu-isu global.

Media Internasional Menyoroti Masalah KFC Indonesia

Media internasional, termasuk South China Morning Post (SCMP) dari China, The Star dari Malaysia, dan VN Express dari Vietnam, turut menyoroti kerugian KFC Indonesia yang menyebabkan penutupan gerai dan pengurangan tenaga kerja secara besar-besaran. SCMP menyatakan bahwa gelombang boikot anti-Israel di Indonesia semakin meningkatkan tekanan pada bisnis KFC, sementara The Star menyoroti bahwa efek dari boikot ini juga berdampak pada efisiensi yang harus dilakukan perusahaan. VN Express, di sisi lain, menambahkan bahwa dampak berkepanjangan dari pandemi COVID-19 masih mempengaruhi operasional KFC di Indonesia hingga saat ini.

Dampak Penutupan Gerai dan Penurunan Jumlah Karyawan

Menurut laporan, KFC Indonesia kini mengoperasikan 715 gerai hingga akhir September 2024, turun dari 762 gerai pada Desember 2023. Selain itu, jumlah tenaga kerja juga mengalami pengurangan signifikan dari 15.989 orang menjadi 13.715 orang dalam kurun waktu yang sama. Efisiensi ini dilakukan sebagai upaya perusahaan untuk menekan beban operasional di tengah tantangan ekonomi yang berat.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *