Dalam beberapa bulan terakhir, setidaknya enam tentara Israel dilaporkan mengakhiri hidup mereka akibat tekanan psikologis yang intens. Konflik berkepanjangan di Gaza dan Lebanon Selatan menjadi faktor utama di balik gangguan kesehatan mental yang melanda para personel militer. Harian Yedioth Ahronoth mencatat bahwa angka sebenarnya mungkin lebih tinggi, mengingat militer Israel belum merilis data resmi terkait insiden tersebut.

Ribuan tentara Israel telah mencari bantuan medis dari klinik kesehatan mental militer, dengan sepertiga di antaranya menunjukkan gejala gangguan stres pascatrauma (PTSD). Lucian Tatsa-Laur, Kepala Departemen Kesehatan Mental Militer Israel, menyatakan bahwa pada Maret 2024, sekitar 1.700 tentara telah menerima perawatan psikologis akibat dampak konflik.

Trauma Psikologis Melebihi Cedera Fisik

Menurut laporan investigasi, jumlah tentara yang mengalami trauma mental kemungkinan lebih banyak daripada mereka yang mengalami luka fisik akibat perang. Para ahli kesehatan mental memperkirakan skala penuh dari krisis ini akan terlihat jelas setelah operasi militer berakhir dan para tentara kembali menjalani kehidupan normal.

Konflik berkepanjangan tidak hanya menyebabkan trauma pada pasukan, tetapi juga telah menimbulkan korban jiwa yang sangat besar. Di Gaza, lebih dari 44.000 orang, mayoritas wanita dan anak-anak, tewas akibat serangan militer Israel sejak tahun lalu. Konflik ini telah memicu kecaman internasional yang luas, dengan berbagai pihak menilai aksi militer Israel sebagai upaya sistematis untuk menghancurkan populasi tertentu.

Penanganan Masalah dan Tanggapan Global

Krisis ini menjadi perhatian serius di tingkat internasional. Selain dampak kesehatan mental yang meluas di kalangan militer Israel, Mahkamah Internasional telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang. Langkah ini menunjukkan meningkatnya tekanan global terhadap tindakan militer Israel di Gaza dan Lebanon.

Ketegangan regional terus meningkat, dengan konflik di Lebanon yang semakin meluas. Serangan lintas batas antara Israel dan Hizbullah memperburuk situasi, memperpanjang penderitaan warga sipil di kedua wilayah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *