PT Sarimelati Kencana Tbk, perusahaan yang menaungi jaringan restoran Pizza Hut Indonesia dan Pizza Hut Delivery (PHD), terus mengalami kerugian sejak tahun 2020. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2024 yang dipublikasikan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan mencatatkan kerugian sebesar Rp 96,71 miliar. Kerugian ini memperpanjang catatan buruk keuangan perusahaan selama lima tahun berturut-turut.
Pada tahun 2020, kerugian perusahaan mencapai Rp 93,52 miliar, disusul Rp 60,77 miliar pada 2021. Tahun 2022, meski kerugian menurun menjadi Rp 23,46 miliar, pada 2023 angka kerugian melonjak drastis hingga Rp 96,22 miliar. Faktor-faktor yang memengaruhi penurunan ini termasuk dampak pandemi Covid-19, pelemahan daya beli masyarakat, hingga kampanye boikot produk yang dianggap berhubungan dengan Israel dan Amerika Serikat.
Efek Boikot Produk Israel-AS
Direktur Utama PZZA, Hadian Iswara, menyatakan bahwa kampanye boikot produk Israel-AS yang dimulai sejak Oktober 2023 turut memengaruhi performa perusahaan. Meski fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait rekomendasi untuk tidak membeli produk tertentu bersifat normatif, daftar produk yang beredar di masyarakat justru menimbulkan salah paham. Nama Pizza Hut masuk dalam daftar tersebut, sehingga gerakan boikot menjadi semakin masif.
“Kami sudah mencoba memberikan klarifikasi kepada Kementerian Agama dan MUI agar masyarakat mendapatkan pemahaman yang tepat terkait isu ini,” ujar Hadian.
Hal senada disampaikan Direktur PZZA, Boy Ardhitya Lukito, yang menyoroti dampak boikot terhadap merek internasional di industri makanan dan minuman, termasuk fast-moving consumer goods lainnya. Boy juga mengkritik lambannya respons pemerintah untuk menjembatani masalah ini.
Langkah Efisiensi dan Penutupan Gerai
Akibat tekanan keuangan yang berkelanjutan, manajemen PZZA mengambil sejumlah langkah efisiensi, termasuk mengurangi jumlah karyawan tetap dari 5.022 orang pada akhir 2023 menjadi 4.651 orang per September 2024. Selain itu, sebanyak 20 gerai telah ditutup sepanjang setahun terakhir untuk mengurangi beban operasional.
Sejarah dan Struktur Kepemilikan Pizza Hut Indonesia
Pizza Hut pertama kali hadir di Indonesia pada tahun 1987 dan dikelola oleh PT Sarimelati Kencana Tbk melalui kerja sama waralaba dengan Yum! Asia Franchise, yang juga menaungi KFC dan Taco Bell. Di bawah kepemilikan PT Sriboga Raturaya sejak 2004, jaringan restoran Pizza Hut berkembang pesat, termasuk melalui pembukaan merek PHD yang fokus pada layanan pesan antar.
Hingga 2023, PT Sarimelati Kencana telah mengoperasikan 615 gerai di seluruh Indonesia. Namun, pandemi Covid-19 membuat kinerja perusahaan mulai goyah, bahkan sebelum adanya gerakan boikot produk Israel-AS.
Pemilik Saham Mayoritas
Mayoritas saham PT Sarimelati Kencana Tbk dimiliki oleh PT Sriboga Raturaya dengan persentase 64,79 persen. Sisanya dimiliki oleh JPMCB NA (7 persen), DBS Bank Ltd (5,56 persen), dan publik (22,65 persen). PT Sriboga Raturaya sendiri adalah bagian dari Daniprisma Group, perusahaan konglomerasi milik keluarga Arifin dengan bisnis yang meliputi properti, energi, manufaktur, hingga peternakan.
Kondisi keuangan PT Sarimelati Kencana Tbk mencerminkan tantangan besar yang dihadapi sektor bisnis makanan dan minuman di tengah perubahan sosial dan ekonomi. Dari dampak pandemi hingga tekanan boikot, perusahaan terus berupaya untuk bertahan dengan berbagai strategi efisiensi. Ke depan, perusahaan diharapkan dapat memulihkan kinerja melalui inovasi dan penyesuaian bisnis yang lebih adaptif.