Pintu utara Stasiun Jakarta Kota yang menjadi akses utama menuju kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, kini ditutup. Berdasarkan pantauan di lokasi pada Minggu (29/12/2024), warga harus memutar sekitar 70 meter untuk memasuki area Kota Tua. Penutupan ini dilakukan dengan pemasangan pagar besi dan pot bunga, namun area tersebut kini dimanfaatkan oleh pedagang kaki lima untuk berjualan.
Marwati (50), salah satu warga yang sering mengunjungi Kota Tua, mengeluhkan kondisi ini. Ia berharap area tersebut dapat ditata agar terlihat lebih rapi. “Sebenarnya kurang nyaman, kesannya kumuh. Sebaiknya pedagang ditertibkan agar kawasan ini lebih menarik,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Hari (35), warga lainnya, yang merasa kawasan ini terlihat berantakan akibat penutupan jalan dan keberadaan pedagang. “Kalau lebih tertata, pasti akan lebih menarik. Kumuh dan tidak terorganisir seperti ini sayang sekali,” katanya.
Keramaian Liburan di Kawasan Kota Tua
Di sisi lain, kawasan Kota Tua tetap menjadi destinasi favorit masyarakat, terutama saat liburan Natal dan Tahun Baru 2025. Pada Minggu (29/12/2024), lokasi ini dipadati oleh pengunjung yang datang bersama keluarga untuk menikmati suasana dan keindahan bangunan bersejarah.
Banyak pengunjung yang memanfaatkan kesempatan ini untuk berfoto, menyewa sepeda, atau membawa bekal makanan untuk dinikmati bersama keluarga. Eka (43), yang datang bersama 17 anggota keluarganya dari Tasikmalaya, menyatakan bahwa ia memilih Kota Tua untuk mengenalkan sejarah kepada anak-anaknya. “Selain untuk hiburan, saya ingin anak-anak tahu tentang bangunan dan kehidupan zaman dahulu,” jelasnya.
Susan, warga asal Cikarang, juga memiliki alasan serupa. Ia mengajak anak-anaknya untuk belajar sejarah dengan cara yang menyenangkan. “Di sini murah, mudah diakses, dan anak-anak bisa mengenal sejarah secara langsung,” ujarnya.
Pentingnya Pendidikan Sejarah di Kota Tua
Bagi sebagian besar pengunjung, Kota Tua bukan sekadar tempat wisata, tetapi juga sarana edukasi untuk mengenalkan sejarah Indonesia. Hari (35) dari Bogor mengungkapkan, “Saya membawa anak-anak ke Museum Fatahillah agar mereka tahu bagaimana perjuangan nenek moyang kita dalam meraih kemerdekaan.”
Selain memberikan pengalaman berharga, kawasan ini juga dianggap sebagai destinasi wisata yang murah meriah dan mudah dijangkau. Marwati menambahkan, “Bahagia itu sederhana, cukup jalan-jalan ke Kota Tua sambil menikmati keindahan bangunan lama.”
Harapan untuk Kota Tua yang Lebih Baik
Meski memiliki daya tarik besar, Kota Tua masih menghadapi tantangan dalam pengelolaan akses dan kebersihan. Penutupan akses pintu utara dan keberadaan pedagang kaki lima menjadi pekerjaan rumah bagi pihak terkait agar kawasan ini bisa lebih nyaman bagi pengunjung.
Dengan pengelolaan yang lebih baik, Kota Tua memiliki potensi untuk terus menjadi destinasi favorit sekaligus tempat edukasi sejarah bagi generasi muda.