Kasus ini bermula dari peristiwa di SMA Kristen Gloria 2 Surabaya, ketika seorang siswa berinisial Ethan (EN) menjadi korban intimidasi oleh seorang pria dewasa bernama Ivan Sugianto. Kejadian ini terjadi pada 21 Oktober 2024, setelah jam sekolah selesai. Ivan, yang merupakan orang tua salah satu siswa dari SMA Cita Hati Surabaya, mendatangi sekolah bersama beberapa orang lainnya untuk memprotes dugaan ejekan terhadap anaknya. Ejekan tersebut diduga terjadi saat pertandingan basket antar sekolah dan berlanjut di media sosial.
Dalam video yang viral, Ivan terlihat memaksa Ethan untuk meminta maaf dengan cara yang tidak pantas. Ia menyuruh siswa tersebut bersujud dan menggonggong di depan banyak orang. Aksi ini memicu kemarahan publik, terutama di media sosial, yang mengecam tindakan tersebut sebagai bentuk intimidasi terhadap anak di bawah umur.
Sikap Sekolah Terhadap Ethan: Diskors Tiga Hari
Alih-alih memberikan perlindungan, pihak SMA Kristen Gloria 2 justru memberikan sanksi kepada Ethan berupa skorsing selama tiga hari. Berdasarkan surat resmi yang diterima Ethan, ia dianggap melanggar tata tertib sekolah karena memberikan sebutan yang tidak pantas kepada siswa lain. Surat tersebut menjelaskan bahwa tindakan Ethan bertentangan dengan nilai kesopanan yang dijunjung tinggi di lingkungan sekolah.
Namun, keputusan ini menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk dari keluarga Ethan. Ibu Ethan, Ira Maria, mengungkapkan bahwa anaknya mengalami trauma berat akibat peristiwa tersebut. Ia merasa skorsing yang diberikan kepada anaknya tidak adil, mengingat Ethan adalah korban dalam kasus ini.
Keterangan Pihak Kepolisian dan Proses Hukum
Polrestabes Surabaya telah menerima laporan resmi terkait kasus ini. Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Polisi Dirmanto, menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan penyelidikan, termasuk memeriksa beberapa saksi dan pihak terkait. Meskipun antara pihak Ethan dan Ivan telah berdamai, sekolah Ethan tetap mendorong agar proses hukum terhadap Ivan dilanjutkan.
Ivan Sugianto dilaporkan atas dugaan pelanggaran Undang-Undang Perlindungan Anak dan tindak pidana lainnya. Pihak sekolah berharap proses hukum dapat berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Dugaan Latar Belakang Konflik
Menurut informasi, permasalahan ini berawal dari candaan Ethan yang menyebut rambut anak Ivan mirip dengan anjing ras pudel. Meskipun Ethan telah meminta maaf, Ivan tetap merasa tidak terima dan memaksa siswa tersebut meminta maaf dengan cara yang tidak wajar. Bahkan, aksi ini terjadi di depan guru dan pihak keamanan sekolah.
Dampak Psikologis dan Publikasi Kasus
Peristiwa ini berdampak besar pada kondisi psikologis Ethan. Ibu Ethan menyebutkan bahwa anaknya kini mengalami ketakutan berlebih dan sulit menjalani aktivitas sehari-hari. Kasus ini juga menjadi perhatian luas masyarakat, dengan banyak pihak yang menyayangkan tindakan Ivan dan mendesak penegakan hukum yang tegas.
Tuntutan Publik dan Harapan Penyelesaian
Publik berharap agar kasus ini menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk lebih melindungi anak-anak di lingkungan pendidikan. Perlakuan intimidatif seperti ini dinilai bertentangan dengan nilai-nilai moral dan hukum yang berlaku di Indonesia. Selain itu, tekanan publik juga mendorong pihak sekolah untuk lebih bijaksana dalam memberikan keputusan kepada siswa yang menjadi korban.