Setelah kematian Yahya Sinwar dalam baku tembak dengan tentara Israel pada Rabu (16/10/2024), Hamas diperkirakan akan segera memilih pemimpin baru. Pemimpin baru ini kemungkinan besar akan bermarkas di luar Gaza. Menurut para ahli, saudaranya, Mohammad Sinwar, mungkin akan memainkan peran lebih besar dalam memimpin perlawanan terhadap Israel di wilayah Gaza.
Para pengamat menilai, Hamas harus mempertimbangkan berbagai faktor dalam menentukan pemimpin barunya. Selain dukungan kuat dari Iran, kelompok ini juga harus memperhatikan kepentingan Qatar, yang menjadi tempat bermukim bagi banyak calon pemimpin utama Hamas saat ini.
Proses Pengangkatan Pemimpin Baru
Hamas dikenal mampu mengganti pemimpin mereka dengan cepat dan efisien setelah kematian, dengan Dewan Syura bertugas menunjuk pemimpin baru. Dewan ini mewakili anggota Hamas di Jalur Gaza, Tepi Barat, penjara-penjara Israel, dan diaspora Palestina, memastikan bahwa pemimpin baru dapat berperan dalam negosiasi gencatan senjata, bahkan jika ia tidak berada di Gaza. Selain Mohammad Sinwar, Khalil Al-Hayya, wakil Sinwar, juga dipandang sebagai calon kuat untuk memimpin Hamas selanjutnya.
Tanggung Jawab yang Dibagi
Para ahli memperkirakan bahwa setelah kematian Sinwar, tanggung jawab yang ia emban sebelumnya akan dibagi menjadi dua peran terpisah. Satu tokoh akan mengawasi aspek militer, sementara yang lain akan menangani urusan politik, termasuk hubungan internasional dan kebijakan strategis Hamas.
Iran, sebagai sekutu utama Hamas, diyakini akan memegang peran penting dalam menentukan siapa yang akan mengambil alih kepemimpinan Hamas setelah Sinwar. Dukungan dari Teheran, baik dalam bentuk dana maupun senjata, sangat diperlukan bagi kelompok ini untuk bertahan dan melanjutkan perlawanan mereka.
Tantangan dan Prospek Kepemimpinan Baru
Khalil Al-Hayya, yang selama ini dikenal sebagai negosiator utama Hamas, menyatakan bahwa Israel harus menarik pasukannya dari Gaza sebelum sandera-sandera Israel yang ditahan oleh Hamas dibebaskan. Pernyataan ini menggarisbawahi sikap keras Hamas dalam menghadapi negosiasi di tengah konflik yang sedang berlangsung.
Meski demikian, para analis memperkirakan bahwa Hamas mungkin akan menunjukkan fleksibilitas dalam beberapa aspek negosiasi, terutama terkait pertukaran tahanan Israel dengan warga Palestina yang dipenjara oleh Israel. Hal ini menunjukkan dinamika dalam strategi kelompok tersebut saat menghadapi tekanan internasional dan situasi perang.
Masa Depan Kepemimpinan Hamas
Mohammad Sinwar, seorang komandan veteran Brigade Al-Qassam, dipandang sebagai tokoh yang akan semakin signifikan di Hamas, terutama di sayap militer kelompok tersebut. Meskipun jarang tampil di depan publik, ia memiliki sejarah panjang dalam memimpin perlawanan bersenjata terhadap Israel, dan diyakini akan terus memainkan peran penting di masa depan.
Hamas sendiri telah melalui berbagai tantangan besar, termasuk kehilangan dua pemimpin utamanya dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan. Namun, organisasi ini memiliki struktur yang memungkinkan transisi kepemimpinan berjalan dengan lancar, dan pemimpin baru yang dipilih akan diharapkan mampu memimpin Hamas di tengah tekanan yang semakin meningkat dari Israel dan sekutunya.