Banjir dan hama telah menjadi tantangan berat bagi para petani cabai di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Salah satu petani yang merasakan dampaknya adalah Tasinah, warga Desa Karangrejo, Kecamatan Petanahan. Seluruh tanaman cabainya yang tumbuh di lahan seluas 100 ubin rusak akibat genangan air dan serangan hama.
Kerusakan ini membuat daun cabai mengering dan hasil panen merosot tajam. Dalam sehari, Tasinah hanya mampu memanen sekitar 5 kilogram cabai, jauh dari hasil biasanya. “Tanaman saya terkena hama patek dan tergenang air karena hujan yang terus-menerus. Padahal, harga cabai sedang tinggi, mencapai Rp80 ribu per kilogram. Namun, hasil panen sangat minim,” keluhnya pada awal Januari 2025.
Ketimpangan Harga dan Hasil Panen
Ironisnya, Tasinah mengingat bahwa saat harga cabai hanya Rp8 ribu per kilogram, hasil panennya justru melimpah hingga mencapai 5 kuintal dalam sekali panen. Kini, ketika harga cabai melonjak tinggi, ia malah menghadapi kegagalan panen.
“Saat harga sedang mahal, panen malah gagal. Yang saya panen sekarang hanya sisa-sisa saja,” tuturnya. Meski demikian, ia berencana untuk kembali menanam cabai dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih baik dan harga yang stabil di masa mendatang.
Menurutnya, harga cabai yang terlalu rendah, seperti Rp7 ribu hingga Rp8 ribu per kilogram, tidak mampu menutupi biaya produksi. Proses budidaya cabai memerlukan pupuk dan tenaga kerja untuk perawatan, sehingga harga jual yang rendah sangat merugikan petani.
Faktor Penyebab Kenaikan Harga Cabai
Teguh Yuliono, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Distapang) Kebumen, menjelaskan bahwa lonjakan harga cabai disebabkan oleh masa tanam yang lebih lama dibandingkan jenis sayuran lainnya, serta meningkatnya permintaan masyarakat selama libur Natal dan Tahun Baru.
“Untuk cabai, masa tanamnya mencapai empat bulan. Selain itu, permintaan masyarakat meningkat, khususnya untuk cabai merah besar yang paling banyak digunakan,” jelas Teguh.
Ia juga menyebutkan bahwa kenaikan harga terjadi pada semua jenis cabai, seperti cabai merah besar, cabai rawit, dan cabai keriting. Secara nasional, kebutuhan cabai meningkat signifikan, memengaruhi harga di berbagai daerah. “Jenis cabai tanjung menjadi yang paling mahal karena penggunaannya yang luas oleh masyarakat,” tambahnya.
Harapan dan Langkah Ke Depan
Situasi gagal panen yang dialami petani, seperti Tasinah, mencerminkan tantangan besar dalam sektor pertanian di Kebumen. Meski demikian, para petani berharap cuaca akan segera membaik agar mereka dapat memulai kembali proses budidaya dan mendapatkan hasil panen yang optimal.
Upaya ini tidak hanya penting untuk mendukung perekonomian petani, tetapi juga untuk menjaga kestabilan harga cabai di pasaran. Di tengah berbagai tantangan ini, dukungan dari pemerintah dalam bentuk bantuan teknis dan subsidi menjadi kunci untuk mengatasi masalah yang dihadapi petani.